Rabu, 01 Februari 2012

Apa yang Anda Lakukan jika Mendapat 200 Mushaf Al-Quran?


Alhamdulillahirobbil'alamin kami panjatkan syukur ke hadirat Ilahi Robbi karena memang hanya satu-satunya kuasa hanya milik Allah swt, sedang makhluk tidak ada yang kuasa. Pada hari Selasa/31 Januari 2012 Kampus D3 STIAMI Mardani mendapatkan hibah Al-Quran sebanyak 200 mushaf dari Qatar Charity.

Bagaimana Kampus D3 STIAMI bisa mendapatkan mushaf Al-Quran sebanyak 200?

Bermula dari saya sebagai staf perpustakaan (Bpk. Iqbal M. Latief, S.Hum) mendapatkan permintaan dari Direktur D3 STIAMI (Bpk. Roike Tambengi, SE. M.Si. MBA) untuk mengajukan proposal ke kedutaan besar Arab Saudi di Kuningan untuk pengadaan Al-Quran di Kampus. Proposal pun di buat walau sangat sederhana sekali, bahkan mungkin bukan proposal karena saya hanya membawa surat permohonan pengadaan Al-Quran (Bhs. Inggris) satu lembar yang ditandatangani oleh Bpk. Roike dan satu berkas buku selayang pandang D3 STIAMI (Bagian Marketing angkatan Ibu Anisa Rosanti, A.Md dkk sangat mengenal Buku Panduan ini), selesai proposal.

Saya didampingin oleh Bpk. Tri Suharmanto, S.Pd (memiliki pengalaman bekerja di Arab Saudi) untuk mengantarkan proposal yang telah dibuat sebelumnya. Kami diantarkan oleh Bpk. Sofwan menggunakan mobil operasional D3 yang kebetulan waktu itu digunakan juga untuk kepentingan marketing. Jadi di dalam mobil itu ada saya, Bpk. Anto/Tri, Bpk. Sofwan, Mba Citra dan Mba Refina. Singkat cerita, proposal yang kami buat sudah di baca dan mereka mengatakan bahwa untuk pengadaan Al-Quran bukan di sini tempatnya tetapi di LIPIA yang ada di daerah warung buncit. Kami pun berangkat ke sana dan di sana juga sama, mereka "melempar" proposal kami ke kedutaan besar Arab yang ada di daerah Manggarai, agak pusing lah kami dilempar-lempar akhirnya di dalam mobil Bpk. Anto menelpon rekannya yang juga ternyata kaka kelas saya yaitu Bpk. Ilham, S.Hum (satu almamater dengan saya di UI dan 2 tahun di atas saya) dalam percakapan tersebut Bpk. Ilham menyarankan untuk mencoba ke Qatar Charity.

Mencari di internet alamat Qatar Charity di Jakarta dan akhirnya ketemu (http://www.qcharityid.org/). Membuat surat permohonan pengadaan Al-Quran ke Qatar Charity (bahasa Indonesia) yang sekali lagi ditandatangani oleh Bpk. Roike. Dalam surat itu saya meminta 300 mushaf Al-Quran dengan pertimbangan bahwa Al-Quran tersebut bisa dibaca oleh semua karyawan. Keesokan harinya kami (saya, Bpk. Anto, Bpk. Sofwan dan Ibu Anisa) berangkat ke alamat yang sudah kami temukan di web site resmi Qatar Charity yaitu Jl. Pengadegan Barat No.19, Pancoran, Jakarta Selatan, 12770, Jakarta atau untuk lebih lengkapnya klik di sini. Kami di sana bertemu dengan Bpk. Fauzan (kalau saya tidak salah) selaku penanggung jawab untuk hibah Al-Quran. Tetapi berhubung hari Jumat dan kami sampai tujuan -/+ pkl. 11:00 maka kami putuskan untuk mencari masjid terdekat untuk menunaikan sholat Jumat terlebih dahulu. Singkat cerita kami (saya ditemani Bpk. Anto) bertemu dengan Bpk. Fauzan yang menyambut kami dengan hangat di kantornya dan setelah kami menyampaikan maksud kedatangan kami beliau memberitahu kami bahwa program hibah Al-Quran telah di tutup untuk tahun ini (2011) tetapi proposal kami dia simpan kalau sewaktu-waktu masih ada sisa Al-Quran yang belum didistribusikan yang berada di daerah-daerah terpencil yang ada di Indonesia. Sebelum kami pamit beliau sempat bertanya satu hal, "di kampus ada rohisnya?" dan saya bilang, "ada pa..." lalu dia memberikan pernyataan, "insyaAllah kami usahakan untuk mahasiswa" serasa ada angin harapan yang berhembus seketika menyejukkan pikiran yang penat karena sebelumnya harus menerima kenyataan yang menyedihkan.

Proses menunggu pun terjadi....1 minggu...2 minggu...1 bulan....2 bulan.....

+/- dalam waktu 3 bulan kampus D3 STIAMI mendapatkan telepon dari Qatar Charity bahwa mushaf Al-Quran untuk D3 STIAMI sudah ada hanya tidak ada yang mengantarkannya, tepat hari itu saya sedang ada tugas di luar jadi yang mengambil mushafnya adalah Bpk. Nurkholis, ST (Kabag Operasional) dan Bpk. Budiyuwono, S.Sos (Kasubag Keuangan).

Begitulah ceritanya...dan semoga Al-Quran ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Al-Quran tersebut sekarang milik kampus D3 STIAMI di bawah asuhan Ust. Kosasih, S.Ag.

Kembali ke pertanyaan yang ada di Judul, apa yang Anda lakukan jika mendapat 200 mushaf Al-Quran?


Senin, 30 Januari 2012

Bedah Buku "Anakku maukah kau jadi PENGUSAHA?"

"Waktu masih kecil Bapak sering membaca buku cerita tentang silat. Dimana diceritakan seorang murid yang menginginkan untuk menjadi pesilat tangguh hanya dengan ditransfer ilmu melalui tenaga dalam oleh gurunya maka dalam hitungan menit sudah menjadi jawara, tetapi itu di cerita silat beda dengan sekarang, kalau di sini Bapak tidak bisa memegang pundak anak-anakku sekalian lantas Bapak transfer ilmu melalui tenaga dalam dan anak-anakku semua bisa menjadi pengusaha..."

Bpk. DR. M. Syahrial, SE.,MM

Itulah sepenggal pembuka yang disampaikan oleh Bapak DR. Muhammad Syahrial, SE, MM pada acara bedah bukunya yang berjudul "Anakku maukah kau jadi PENGUSAHA?" pada hari Senin, 30 Januari 2012 bertempat di lt.4 Kampus STIAMI Pusat. Acara yang dihadiri oleh sekitar 100 calon pengusaha dari kalangan mahasiswa ini merupakan acara yang diprakarsai oleh Kampus D3 Mardani untuk pembekalan soft skill bagi para mahasiswanya setelah mereka lulus kuliah.
Bpk Roike Tambengi, SE., M.Si., MBA
Acara bedah Buku ini diawali dengan sambutan oleh Bapak Prof Wahyudin Latunreng, MM selaku Ketua STIAMI yang dilanjutkan dengan bedah buku yang dimoderatori oleh Bapak Roike Tambengi SE., M.Si. MBA yang juga merupakan Direktur D3 STIAMI Mardani.

Bapak Syahrial menyampaikan intisari dari buku tersebut bahwasannya menjadi seorang pengusaha adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi bagi mereka yang menginginkan kekayaan dan kebahagiaan. Untuk memulai menjadi seorang pengusaha tidak harus bermodalkan uang yang banyak, karena kalau seperti itu hanya orang kaya saja yang berhak menjadi pengusaha. Bapak Syahrial memberikan ilmunya tentang modal seorang pengusaha, tidak lain dan tidak bukan adalah KEMAUAN dan KEJUJURAN. Tentang kejujuran Bapak Syahrial menyampaikan pengalamannya ketika masih berkiprah di koperasi tempat dahulu beliau kuliah, Universitas Padjajaran. Ketika itu Bapak Syahrial berinisiatif untuk membeli 30 unit komputer untuk kepentingan Koperasi. Beliau lantas mencari dan menawar beberapa toko komputer sampai akhirnya bertemu dengan satu pedagang Cina yang memberikan harga spesial untuk Bapak Syahrial, yaitu 3,5 juta dari harga awal 4 juta. Kemudian dilaporkan kepada pimpinannya bahwa dia mendapatkan komputer dengan spesifikasi sekian dengan harga 3,5 juta, singkat cerita, akhirnya harga tersebut di acc. Ketika Bapak Syahrial kembali ke Toko komputer Bapak Syahrial meminta untu diturunkan lagi harganya dengan membawa beberapa buah foto beliau bersama orang-orang penting di kampus (rektor, dekan dll) akhirnya dengan nego beliau harga komputer menjadi 3,3 juta. "Disini ujiannya.." beliau menyampaikan kepada audience bahwa setiap pengusaha pasti mendapatkan ujian, kali ini berupa ujian harta. Selisih dari harga yang sudah di acc adalah 3,5 juta, tetapi ketika datang kembali harga turun 200 ribu, jadi kalau dikalikan jumlah komputer yang dibeli yaitu 30 unit berarti Bapak Syahrial bisa mendapatkan uang sebesar 6 juta rupiah (pada tahun tersebut uang sejumlah itu seharga dengan 1 mobil suzuki carry). Apa yang lantas Bapak Syahrial lakukan dengan kondisi tidak ada satu orang pun yang tahu kecuali pedagang Cina ini dan Allah, "Berikan saya waktu satu hari.." singkat cerita waktu satu hari itu digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah memohon bimbingan-Nya. Keesokan harinya uang tersebut dimasukkan kedalam kas koperasi.

"Kejururan adalah modal seorang pengusaha, karena dengan kejujuran kita akan menjadi berani dan sebaliknya, dengan kebohongan kita akan menjadi takut dan takut adalah musuhnya pengusaha...". Itulah sepenggal kalimat yang disampaikan oleh Bapak Syahrial tentang pentingnya kejujuran dalam setiap keadaan, yang akan membawa manusianya ke derajat yang lebih tinggi lagi.

Ada satu falsafah hidup yang beliau sampaikan yaitu falsafah ikan. Ikan akan bahagia jika hidup dalam air. Maka manusia akan bahagia jika? Jika mengamalkan agama. Apapun yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah amal agama. Maka tidak akan bahagia seorang pengusaha kelas kakap sekalipun kalau dia tidak tahu kemana arah tujuan hidupnya dan untuk apa. Karena kekayaan yang dimiliki bukanlah sepenuhnya milik kita tetapi ada beberapa hak fakir miskin yang harus kita tunaikan. Dan bukanlah uang yang membuat bahagia tetapi kondisi pikiran kita yang tenang karena memiliki keyakinan yang benar.

Bapak Syahrial menyampaikan bagaimana dahulu beliau hidup dari tetesan keringatnya sendiri dengan berjualan kerupuk dan salah satunya menjadi office boy. Tetapi karena beliau tekun dan mau belajar dalam waktu 6 bulan seorang office boy menjadi direktur keuangan.

Beliau juga menyampaikan 5 ciri yang ada pada orang miskin (miskin hati ataupun harta) yang harus dihindari:
1. Bohong
2. Kalau berjanji tidak ditepati
3. Tidak berbakti kepada kedua orang tua
4. Syirik
5. Menyakiti hati orang

Setelah Bapak Syahrial menyampaikan materi dari bukunya lantas diikuti dengan sesi tanya jawab dan penyerahan cinderamata dari direktur D3 STIAMI Mardani Bapak Roike Tambengi, SE., M.Si., MBA kepada pembicara yaitu Bapak DR. Syahrial Yusuf, SE., MM. maka berakhir sudah acara bedah buku "Anakku maukah kau jadi PENGUSAHA?"



Info tambahan: Setiap ba'da Jumat (setelah sholat Jumat) di Kampus LP3I Kramat di Jl. Kramat Raya No. 7/9 Jakarta Pusat, Bapak Syahrial akan memberikan konsultasi GRATIS kepada pengusaha-pengusaha muda yang sedang memulai usahanya tetapi mengalami kendala. InsyaAllah beliau menyediakan waktunya sampai menjelang maghrib, khusus untuk mereka yang telah memiliki usaha.